Keguncangan jiwa

Bismillahi rohmaanir rohiim..

Hidup manusia pada hakikatnya merupakan perjalanan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Namun, jalan terjal dan berlubang sering menghadang di tengah perjalanan.

Walau sudah mencari jalan alternatif, tapi kadang tidak ditemukan juga, sehingga tidak ada pilihan kecuali menempuhnya. Saat akan menempuh kesulitan itu, jiwa sering kali berguncang.

Ini pertanda jiwa manusia sedang berada di antara tiga kondisi. Bisa lebih tinggi, sama, dan lebih rendah dari kondisi sebelumnya.Ada peluang dan ancaman di dalamnya. Manusia dapat menentukan pada titik mana kondisi yang akan dipilihnya. Jiwanya bisa hancur sehancur-hancurnya, atau naik ke tangga yang lebih tinggi.

''Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.'' (QS Asysyams [91]: 7-8).

Bagi yang berkarakter lemah, perjalanannya pun dihentikan. Ia berhenti sebelum berbuat, berkreasi, dan mengerahkan seluruh potensinya. Ia tak menyadari kesempurnaan dirinya. Padahal, antara teraihnya tujuan dengan posisinya saat ini, hanya dibatasi sebuah jalan terjal dan berlubang itu.

Ia berhenti karena ditakuti oleh bayang-bayang ketakutan yang dibuatnya sendiri. Ia cemas pada kecemasan yang sebenarnya belum tentu terjadi, tapi sudah dicap pasti terjadi pada dirinya.Manusia dengan kondisi ini akan mengalami dua keguncangan jiwa. Yaitu, keguncangan saat melihat jalan yang terjal dan berlubang. Juga keguncangan karena tujuan hidupnya tidak akan pernah tercapai. Akhirnya, yang menghiasi hidupnya hanyalah berkeluh kesah.

''Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah.''
(QS Alma'aarij [70]: 9-20).

Adapun bagi yang berkarakter kuat, keguncangan jiwa dikelola menjadi fenomena penyesuaian diri bagi terbentuknya keseimbangan jiwa baru yang lebih tinggi. Ada proses pergulatan untuk menaklukkan ketakutannya.

Muncul keyakinan, karakter, prinsip, dan obsesi hidup baru yang terbentuk. Ia menjadi manusia baru yang telah teruji. Ketakutan diubahnya menjadi energi keberanian dan optimisme. Kecemasannya diganti dengan berlindung, memohon, dan bersandar kepada pertolongan dan perlindungan Allah Azza Wa Jalla semata.

Seperti kisah pasukan Thalut yang jiwanya semakin kokoh dan berani, saat melihat tentara Jalut yang jumlahnya lebih banyak dan terlihat lebih kuat.

''Tatkala Jalut dan tentaranya telah tampak oleh mereka, mereka pun berdoa, 'Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir'.'' (QS Albaqarah [2]: 250). Wallahu'alam Bishawab ..

Subhanaka Allahuma wa bihmdika asyhadu ala ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik. Wassalamu'alaikum

0 comments: