RIYA' PERUSAK AMALAN

 


BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM

Wahai hamba Allah, ketahuilah bahwasanya riya' itu berasal dari kata ru'yah (melihat). Orang riya' adalah:

Orang yang memperlihatkan sesuatu untuk mencari kedudukan pada orang lain.

Orang yang mengharapkan bagian untuk jiwanya (nafsunya) dari amal perbuatannya di dunia.

Orang yang beramal kepada Allah tetapi juga diniatkan untuk selain Allah dan akhirat.

Orang yang melaksanakan amal ibadah yang Allah perintahkan tapi bukan karena Allah.

Riya' merupakan tabir (topeng), penipu yang menghalangi wajah yang muram, jiwa tercela serta hati yang keras membatu.

Riya' laksana lumuran halus yang menutupi kejelekan satu bagian atas bagian lainnya.

Riya' bagaikan imitasi yang tak laku di pasar dagangan akhirat.

Riya' adalah sesuatu yang tersembunyi, tak mungkin diketahui oleh orang yang bodoh.

PINTU-PINTU RIYA'

1. Seorang hamba berniat bukan karena Allah, yaitu agar manusia mengetahui bahwasanya ia berbuat demikian.

2. Seorang hamba beramal karena Allah, tapi bila manusia melihatnya. Ia bersungguh-sungguh serta menghiasinya.

3. Seorang hamba beramal karena Allah sampai ia selesai. Lalu diketahui ia berbuat demikian, dan dipuji, iapun senang dan gembira atas pujian itu dan berharap agar manusia memujinya.

MACAM-MACAM RIYA'

1. RIYA' PADA ANGGOTA BADAN
Yaitu dengan menampakkan kekerempengan badan, agar manusia menganggap mereka itu adalah orang yang ahli ibadah.

2. RIYA' DALAM PAKAIAN
Yaitu memakai pakaian yang kasar lagi tipis untuk menampakkan kezuhudannya.

3. RIYA' PADA PERKATAAN
Yaitu dengan menghapal hadist-hadist serta atsar (perkataan sahabat), agar bisa bercakap dengan para ulama, mempermainkan orang-orang bodoh serta sombong terhadapnya.

4. RIYA' PADA PERBUATAN
Seperti orang yang shalat dengan memperpanjang berdiri, ruku', sujud, menampakkan kekhusyukan serta menghiasi shalatnya karena manusia melihatnya.

5. RIYA' DENGAN BANYAKNYA TEMAN
Seperti orang yang memaksakan diri untuk berkunjung kepada orang alim, biar dikatakan si Alim fulan telah mengunjungi si fulan, dan bahwa para ulama mondar-mandir kepadanya.

BAHAYA DAN BENCANA RIYA'

1. Riya' lebih bahaya dari fitah Dajjal, sebagaimana Rasulullah bersabda:

"Maukah saya tunjukkan sesuatu yang lebih saya takut daripada Masih Dajjal?, (yaitu) syirik yang tersembunyi, seorang berdiri untuk shalat, lalu ia menghiasi shalatnya karena ada yang melihatnya".
HR Ibnu Majah (4204)

2. Lebih sadis daripada sergapan serigala terhadap seekor kambing. Rasulullah bersabda:

"Tidaklah dua serigala yang lapar dilepas pada sekawanan kambing lebih merusak dibanding dengan ketamakan seorang terhadap harta dan agamanya.
HR Tirmidzi (2376)

3. Menghapus amal shalih

Di hari kiamat Allah berkata kepada orang yang berbuat riya':

"Pergilah kamu kepada orang yang kamu riya' kepadanya, dan lihatlah apakah kamu dapati mereka itu mempunyai balasan untukmu?"
HR Imam Ahmad (V/428-429)

4. Menyebabkan kehinaan

"Barang siapa yang memperdengarkan amal kebaikan pada manusia, niscaya Allah akan memperdengarkan amal kejelekannya pada hambaNya, mengecilkan dan merendahkan".
Shahihul Targhib wat Tarhib (I/16)

5. Menghalangi pahala akhirat

"Barang siapa diantara mereka mengerjakan amalan akhirat untuk dunia maka tiada bagian baginya di hari akhirat kelak"
HR Imam Ahmad (V/134)

6. Penyebab kekalahan umat

"Sesungguhnya Allah menolong umat ini karena orang-orangnya yang lemah, do'a mereka, shalat mereka dan keikhlasannya"
Shahih Targhib wat Tarhib (I/6)

Semoga Allah berkenan mengajari kita bersama, inilah bencana terbesar, koreksilah diri kita masing-masing, karena riya' lebih tersembunyi dari rayapan seekor semut. Dan tidak sepantasnya seorang hamba berputus asa dari berbuat ikhlash, lalu ia tidak bermujahadah (bersungguh-sungguh) untuk meraihnya.

Ya Allah Engkau Maha Suci dan terpuji, kami bersaksi tiada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Kami beristighfar dan bertaubat Kepada-Mu.

Semoga bermanfaat.
Salam ukhuwah fillah

Mahligai Amalku Yang Ternoda

الحمد لله، نحمده ونستعينه ونستهديه ونستغفره، ونتوب إليه، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأن محمداً عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم تسليما كثيراً


Dari Abu Hamzah Ats-Tsumali, beliau berkata:

Ali bin Husain memikul sekarung roti diatas pundaknya pada malam hari untuk dia sedekahkan, dan dia berkata, ‘Sesungguhnya sedekah dengan tersembunyi memadamkan kemarahan Allah.’”[1]

Dan dari ‘Amr bin Tsabit berkata:

 ”Tatkala Ali bin Husain meninggal mereka memandikan mayatnya lalu mereka melihat bekas hitam pada pundaknya, lalu mereka bertanya: ‘Apa ini’, lalu dijawab: Beliau selalu memikul berkarung-karung tepung pada malam hari untuk diberikan kepada faqir miskin yang ada di Madinah.’”

Berkata Ibnu ‘Aisyah:

 ”Ayahku berkata kepadaku: ‘Saya mendengar penduduk Madinah berkata: Kami tidak pernah kehilangan sedekah yang tersembunyi hingga meninggalnya Ali bin Husain’’”[2]

***

Begitu syahdunya hati yang raganya telah memperaktekkan ibadah-ibadah yang memang Allah syariatkan baik pada level wajib maupun mandub/sunnah. Si pemilik hati akan merasakan ketenangan dan kesejukan yang tiada terkira dan memang sulit pula bagi kami untuk membahasakannya.

Tak hanya itu, terpolesi pula dengan kualitas ikhlas yang bersemayam di hati. Ada semacam rasa yang begitu spesial ketika hanya Allah dan diri kita yang mengetahui amal-amal yang kita persembahkan untuk Allah, Rabb alam semesta.

Lihatlah kembali petikan kisah di atas, Ali bin Husain telah mengajarkan kita rasa yang amat spesial itu. Di balik gulitanya malam, dipikulnya sekarung roti hingga membekas warna hitam di bagian pundaknya. Bekas hitam ini bukan terlihat saat ia masih hidup namun ketika tubuhnya harus dimandikan setelah ruhnya tak lagi dikandung badan.

Penduduk Madinah, saat itu, tak tahu siapakah gerangan yang begitu rutin di malam hari bersedakah tepung terigu yang merupakan bahan makanan mereka. Hanya setelah kematian Ali bin Husain lah pertanyaan itu terjawab dengan baik.
Subhanallah. Di manakah sosok Ali bin Husain di zaman ini?

>>Di Status Facebook Mereka Melapor

Wahai rekan-rekan yang mulia..

Di dunia maya, apalagi di status Facebook tak sedikit saudara-saudara kita yang memilih sebuah keputusan yaitu mengabarkan kepada penduduk dunia maya tentang ibadah yang telah mereka lakukan. Kami dapati mereka meng-updates statusnya dengan redaksi yang beragam.

“hmmm. Buka puasa dimana ya?”

“Alhamdulillah udah bisa tahajjud lagi sambil menangis.”

“Lagi macet di jalan. Telat deh buka puasa.”

“Sedang nyari al-Qur’an di lemari. Mau baca Al-Baqarah ntar tengah malam. Wkwkwk.”

Begitu  mudahnya sebuah amal ibadah digembor-gembor, dipublikasikan, dipamerkan, diperlihatkan, diperdengarkan, de-el-el. Pujiankah yang hendak mereka raih?

Sungguh benarlah apa yang dikatakan oleh Ibnul Jauzy:

“Alangkah sedikitnya orang yang beramal ikhlas karena Allah, sebab kebanyakan manusia begitu senang menampakkan ibadahnya.”[3]

Begitu pula apa yang dikatakan Abu Ishaq al-Fazari:

“Sesungguhnya ada di antara manusia orang yang menyukai pujian kepada dirinya padahal dirinya tidak lebih berharga di sisi Allah daripada sehelai sayap nyamuk.”[4] 


>>Ketika Ibadah Sebagai Jembatan Menuju Ketenaran

Sekiranya yang diinginkan adalah “like” atau ancungan jempol, nama baik, ketenaran, dan sejenisnya maka inilah musibah itu: “Mencari nilai duniawi dengan sebuah ibadah.”

Janganlah ibadah dan agama dipertaruhkan demi sekerat duniawi, apalagi hanya dengan mengharap “like” sebagai ancungan jempol. Siapa yang membarter amalan akhirat untuk secuil saja kepentingan pribadi dan dunia maka tentulah siksa akan bermunculan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
من تعلم علما مما يبتغى به وجه الله لا يتعلمه إلا ليصيب به من الدنيا لم يجد عرف الجنة يوم القيمة.

“Barang siapa mempelajari ilmu yang seyogyanya hanya untuk mengharapkan wajah Allah, dan pula Ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mencapai tujuan duniawi maka tak akan ia mencium bau Surga di hari kiamat.”[5]

Dalam Kitab al-Imarah Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya golongan pertama manusia yang akan diadili pada hari kiamat ada tiga. Di antaranya adalah (1)seorang lelaki yang mati dalam upaya mencari kesyahidan. Dia didatangkan dan ditunjukkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan yang sekiranya akan dia peroleh karena amalnya, maka dia pun mengetahuinya. Allah bertanya, 'Apa yang sudah kamu kerjakan untuk mendapatkannya?'. Dia menjawab, 'Aku telah berperang di jalan-Mu sampai akhirnya aku mati syahid.'

Allah berkata, 'Dusta kamu. Sebenarnya kamu berperang demi mendapatkan julukan sebagai orang yang gagah berani, dan hal itu telah kamu dapatkan.' Lantas orang itu diseret oleh malaikat dalam keadaan tertelungkup di atas wajahnya hingga akhirnya dilemparkan ke dalam neraka.

Kemudian, (2)ada seorang lelaki yang suka mempelajari ilmu dan mengajarkannya, serta pandai membaca al-Qur'an. Dia pun didatangkan. Ditunjukkanlah kepadanya kenikmatan-kenikmatan yang akan diperoleh karena amalnya, maka dia pun mengetahuinya. Allah bertanya, 'Apa yang sudah kamu kerjakan untuk mendapatkannya?'. Di menjawab, 'Aku telah mempelajari ilmu, mengajarkannya, dan membaca al-Qur'an untuk-Mu.'

Allah mengatakan, 'Dusta kamu. Sebenarnya kamu mempelajari ilmu demi mendapatkan sebutan sebagai orang yang berilmu, dan kamu membaca al-Qur'an agar disebut sebagai ahli baca al-Qur'an. Dan sebutan itu telah kamu dapatkan.' Lantas orang itu diseret oleh malaikat dalam keadaan tertelungkup di atas wajahnya hingga akhirnya dilemparkan ke dalam neraka.

Berikutnya, (3)seorang lelaki yang Allah lapangkan untuknya harta dan Allah berikan kepadanya berbagai jenis kekayaan. Dia pun didatangkan. Ditunjukkanlah kenikmatan-kenikmatan yang akan diperoleh dengan sebab amalnya, maka dia pun mengetahuinya. Allah bertanya, 'Apa yang sudah kamu kerjakan untuk mendapatkannya?'. Dia menjawab, 'Tidak pernah aku lewatkan satu perkara pun yang Engkau sukai untuk aku berinfak kepadanya, melainkan aku pasti telah menginfakkan hartaku padanya karena-Mu.'

Allah berkata, 'Dusta kamu. Sebenarnya kamu lakukan itu agar kamu disebut sebagai dermawan, dan hal itu telah kamu dapatkan. Kemudian orang itu pun diseret dalam keadaan tertelungkup di atas wajahnya hingga akhirnya dilemparkan ke dalam neraka.”[6] 

Tak hanya itu wahai sahabat, Allah pula akan mempermalukannya kelak di hari kiamat di hadapan seluruh manusia.

Dari Mu’adz bin Jabal, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:

ما من عبد يقوم في الدنيا مقام سمعة ورياء إلا سمع الله به على رءوس الخلائق يوم القيمة

"Tidaklah seorang hamba berbuat riya’ dan sum’ah di dunia, melainkan Allah akan menyiarkan aibnya di hadapan para makhluk di hari kiamat.”[7]

Kembali membidik status-status yang bertebaran di Facebook, terlihat begitu jauhnya adab kita dengan adab mereka dalam menjaga amal. Mereka, salafush shalih itu, setelah menunaikan amalnya, begitu berharap dengan sepenuh hati agar ibadah mereka benar-benar diterima dan juga khawatir kalau-kalau amalnya tidak diterima.

Konon diantara mereka berkata:

اللهم إنا نسألك العمل الصلح وحفظه.

“Ya Allah, kepada-Mu, kami memohon amal shalih dan (agar Engkau) menjaganya.[8]


>>Kisah Mereka Telah Terpotret Sejarah

Mari kita biarkan Muhammad bin A’yun berkisah,

”Aku bersama Abdullah bin Mubarok dalam peperangan di negeri Rum. Tatkala kami selesai sholat isya’ Ibnul Mubarok pun merebahkan kepalanya untuk menampakkan padaku bahwa dia sudah tertidur. Maka akupun –bersama tombakku yang ada ditanganku- menggenggam tombakku dan meletakkan kepalaku diatas tombak tersebut, seakan-akan aku juga sudah tertidur. Maka Ibnul Mubarok menyangka bahwa aku sudah tertidur, maka diapun bangun diam-diam agar tidak ada sorangpun dari pasukan yang mendengarnya lalu sholat malam hingga terbit fajar.

Dan tatkala telah terbit fajar maka diapun datang untuk membagunkan aku karena dia menyangka aku tidur, seraya berkata “Ya Muhammad bangunlah!”, Akupun berkata: ”Sesungguhnya aku tidak tidur”.

Tatkala Ibnul Mubarok mendengar hal ini dan mengetahui bahwa aku telah melihat sholat malamnya maka semenjak itu aku tidak pernah melihatnya lagi berbicara denganku. Dan tidak pernah juga ramah padaku pada setiap peperangannya. Seakan-akan dia tidak suka tatkala mengetahui bahwa aku mengetahui sholat malamnya itu, dan hal itu selalu nampak di wajahnya hingga beliau wafat. Aku tidak pernah melihat orang yang lebih menymbunyikan kebaikan-kebaikannya daripada Ibnul Mubarok”[9]

Di lain kisah, seseorang bertanya pada Tamim Ad-Dari ”Bagaimana sholat malam engkau”, maka marahlah Tamim, sangat marah, kemudian berkata,

“Demi Allah, satu rakaat saja sholatku ditengah malam, tanpa diketahui (orang lain), lebih aku sukai daripada aku sholat semalam penuh kemudian aku ceritakan pada manusia”[10]
 
>>Seuntai Ungkapan Cinta

Rekan-rekan yang kami hormati dan muliakan.
Begitu banyak langkah-langkah syaitan yang mesti diwaspadai. Syaitan menebar modus yang beragam namun dengan satu tujuan: menodai keikhlasan. Dan status Facebook adalah salah satu perangkap manis yang mereka sediakan.
Tak perlu bagi kami dan anda untuk mengabarkan kepada penduduk dunia maya (dan dunia nyata) tentang amal-amal yang telah kita persembahkan kepada Allah azza wajalla. Biarkan saja amal-amal tersebut tersimpan rapi dan apik dalam catatan/tabungan ghaib sang malaikat.

Bisyr Ibnul Harits berkata:

“Janganlah engkau beramal supaya dikenang. Sembunyikanlah kebaikanmu sebagaiman engkau menyembunyikan kejelekanmu.”[11]

Seperti yang anda ketahui, hidayah seluruhnya ada di tangan Allah maka jadikanlah do’a sebagai jembatan/wasilah agar ikhlas itu mampu terperagakan dengan baik oleh hati. Sungguh, Allah begitu berkuasa untuk membolak-balikkan keadaan hati manusia.

Berharaplah dengan penuh kekhawatiran karena bisa jadi amal kita tertolak walaupun telah menumpuk setinggi gunung. Bahkan, bisa jadi itu menjadi penyebab Allah menyiksa kita sebagaimana hadits-hadits yang telah kami bawakan.

Tak akan kita masuk surga atau merasakan nikmat kubur hanya dengan pujian mereka yang menyemu. Pula, tak akan kita disiksa di kubur atau neraka karena omongan mereka yang tak tahu keadaan kita. Pujian Allah lah yang kita butuhkan dan celaan-Nya lah yang kita takuti.

***
Lihatlah kembali petikan kisah di atas, Ali bin Husain telah mengajarkan kita rasa yang amat special itu. Di balik gulitanya malam, dipikulnya sekarung roti hingga membekas warna hitam di bagian pundaknya. Bekas hitam ini bukan terlihat saat ia masih hidup namun ketika tubuhnya harus dimandikan setelah ruhnya tak lagi dikandung badan.

Penduduk madinah, saat itu, tak tahu siapakah gerangan yang begitu rutin di malam hari bersedakah tepung terigu yang merupakan bahan makanan mereka. Hanya setelah kematian Ali bin Husain lah pertanyaan itu terjawab dengan baik.

نسأل الله علما نفعا. اللهم اخعل عملنا كله صالحا  واجعله لوجهك خالصا. بارك الله إلينا و إليكم ولجميع المسلمين. سبحنك اللهم وبحمدك أشهد ألا إله إلا انت أستعفرك وأتوب إليك


Share dari Note : Abdullah Akiera Van As-samawiey,
https://www.facebook.com/notes/abdullah-akiera-van-as-samawiey/mahligai-amalku-yang-ternoda-catatan-akhir-pekan-part-8/

Mataram, Selesai ditulis satu jam menjelang adzan Maghrib.
19 Rajab 1432 H (21 Juni 2011)

_________
End Notes:

[1] Ini merupakan hadits yang marfu’ dari Nabi, yang diriwayatkan dari banyak sahabat, seperti Abdullah bin Ja’far, Abu Sa’id Al-Khudri, Ibnu “Abbas, Ibnu Ma’ud, Ummu Salamah, Abu Umamah, Mu’awiyah bin Haidah, dan Anas bin Malik. Berkata Syaikh Al-Albani: ”Kesimpulannya hadits ini dengan jalannya yang banyak serta syawahidnya adalah hadits yang shahih, tidak diragukan lagi. Bahkan termasuk hadits mutawatir menurut sebagian ahli hadits muta’akhirin” (As-Shohihah 4/539, hadits no. 1908). Dari Ebook Ikhlas dan Bahaya Riya oleh Ustadz Firanda

[2] Lihat ketiga atsar tersebut dalam Sifatus Sofwah (2/96), Aina Nahnu hal. 9. Dari Ebook Ikhlas dan Bahaya Riya oleh Ustadz Firanda

[3] Shaidul khaatiir hal. 251. Dari kitab Khuthuwaatu Ila as-Sa’adah.

[4] Ta'thir al-Anfas, hal. 573. Dari Ebook Ikhlas dan Bahaya Riya oleh Ustadz Firanda

[5] HR ahmad dan Abu Daud. Dari Kitab Afaatul Ilmi.

[6]  HR. Muslim [1905], lihat Syarh Muslim [6/531-532]. Dari catatan ustadz Ari Wahyudi.

[7] Al-mundziri mengatakan, “diriwayatkan oleh At-thabrani dengan sanad habsan.” Dishahihkan Syaikh Al-albani. Dari Kitab Afaatul Ilmi

 [8] Dari kitab Khuthuwaatu Ila as-Sa’adah.

[9] (Al-Jarh wa At-Ta’dil, Ibnu Abi Hatim 1/266). Dari Ebook Ikhlas dan Bahaya Riya oleh Ustadz Firanda

[10] (Kitab Az- Zuhud, Imam Ahmad). Dari Ebook Ikhlas dan Bahaya Riya oleh Ustadz Firanda

Temaniku sejenak

  Saat ini ku ingin Kau ada....

Menemaniku sejenak melewati senja...
Kan ku tunjukkan kepadamu...
Indahnya rona jingga memeluk mesra langit timur

Mendekatlah .....
Lihatlah di ujung sana mentari menguning
Maafkanlah saat ini ku meminta waktumu
Sejenak temaniku melewati senja....
Dan izinkan tanganku mengengam jemarinmu..
Lirih dari kedalaman hatiku membisikkan di jendela hatimu.....

Waktu mengabarkan kepadaku....
Kadang menyaksikan butiran mutiara terbuang sia...
Karna tajamnya lisanku...
Dan ku tak pernah peduli lara hatimu..
Ego memanjakan dengan hembusan keangkuhan prinsipku...
Kadang'' paling merasa benar  '' Gak MUNA dech... :) ;)

AF1 JIDDAN sahabat  >>>jabatan tangan plus pelukan  mesra....qiqiqiq


Ya Rabb

Kadang kakiku engan untuk melangkah........
Membisu dalam kesadaran...............

HIDAYAH ada 4:

1. hidayah umum tuk makhluk-Nya, spt: berbedanya wajah kita dgn yg lain, kaki kita bisa melangkah, keahlian2 khusus pd binatang,dll

2. hidayah pengenalan, dgn ini kita bisa tau mana yg baik mana yg buruk (dalam kitab lain ini d...isebut juga hidayah ilmi wal irsyad)

3. hidayah taufiq, dgn hidayah ini kita bisa mengamalkan yg baik2 n menjauhi yg buruk2 (dlm kitab lain disebut hidayah amal)

4. hidayah menuju tempat kembali kita

KESIMPULANNYA: taufiq merupakan bagian dari hidayah

jika dari segi TA'RIF, coba sama2 ngintip di at-Ta'rifat
HIDAYAH :"addilaalatu 'alaa maa yuushilu ilal mathlub" (petunjuk yg dapat menyampaikan kpd tujuan)
TAUFIQ : "ja'lullaahi fi'la 'ibaadihi muwaafiqon limaa yuhibbuhuu wa yardloohu" (Allah menjadikan perbuatan hamba2-Nya sesuai dgn yg dicintai-Nya n diridloi-Nya)

Macam2 Hidayah:


1. Hidayah Wijdan, potensi naluria yang Allah SWT tanamkan pada manusia untuk bisa mempertahankan kehidupannya. Hidayah ini bersifat bawaan (potensi naluria/insting) yang diperoleh manusia sejak dilahirkan.
2. Hidayah Hawas wa...l Masya'ir, yaitu kemampuan inderawi seperti kemampuan merasakan manis, pahit, panas, dingin dll.

3. Hidayah 'Aqli, yaitu kemampuan berpikir, kemampuan untuk memahami fenomena, memberikan persepsi, memberikan makna pada realita yang tertangkap olej indera (QS. Yunus, 10:100-101 / QS. Al-Mulk, 67:22-23 / QS. Al-Ankabuut, 29:20). Ayat2 tersebut sebagai isyarat, pengamatan dan penglihatan dengan bantuan penalaran yang benar (akal-logika) untuk mendapatkan pengetahuan.
4. Hidayah Ad-Din, yaitu berupa petunjuk2 ajaran agama, fungsinya untuk membantu keterbatasan akal. Agama berfungsi memberikan arahan-arahan yang mampu melampaui keterbatasan akal manusia (QS. Al-Lail, 92:12). Ada 2 macam hidayah Ad-Din:
a. Hidayah Dilalah, yaitu petunjuk2 hidup yang termaktub dalam kitab suci Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw. Hidayah agama disini berada dalam konteks sebuah ilmu yang bisa diakses oleh siapapun (baik muslim atau kafir) melalui proses belajar, dengan petunjuk2 keilmuan yang melalui akal dan alat indera. Allah SWT akan memberikan hidayah dilalah kepada semua manusia yang mau memperlajari ajaran2Nya yang termaktub dalam kitab suci-Nya. Karena itu, tidak ada alasan bagi kita untuk mengatakan bahwa saya belum mendapat hidayah, padahal Allah SWT telah menyediakan hidayah itu dalam kita suci-Nya.
b. Hidayah Taufiq, yaitu suatu kekuatan yang Allah SWT berikan pada manusia untuk mengamalkan dengan sungguh2 apa yang telah diketahuinya. Dengan kata lain, hidayah taufiq adalah hidayah dilalah yang kita amalkan. Hidayah taufiq merupakan hidayah yang sangat mahal, tetapi Allah berjanji kepada manusia akan memberikan hidayah-Nya kepada orang2 yang sungguh2 berjuang di jalan-Nya, berjuang untuk konsisten taat pada aturan-Nya di dalam mencapai tujuannya (QS. Al-Ankabuut, 29:69). Hidayah taufiq hanya merupakan hak prerogatif Allah. Dia memberikannya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya (QS. Al-Qashash, 28:56 / QS. Al-Baqarah, 2:272).
Upaya Meraih Hidayah Taufiq
Hidayah dilalah bisa diraih melalui proses belajar. Lalu bagaimana upaya kita untuk meraih hidayah taufiq?
1. Berdo'a, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah, 2:186 dan QS. Al-Mu'min, 40:60. Kandungan do'a ----QS. Ali-Imran, 3:8.
2. Riyadhah Ruhiyyah/latihan spritual, yaitu dengan bersungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya dan menjauhi syirik. Misalnya qiyamul lail, shaum sunnah, shadaqah, menghadiri majelis ta'lim, shalat2 sunnah, pengendalian nafsu.
3. Bergabung dengan linkungan yang kondusif. Lingkungan memegang peranan penting dalam pembentukan karakter kita (QS. Al-Kahfi, 18:28). Kandungan doa--- QS. Asy_Syu'araa, 26:83.
4. Memperbanyak amal shaleh, setiap amal shaleh yang ikhlas dan sesuai dengan tuntunan adalah sebagai Tazkiyatun Nufus (QS. Maryam, 19:76).
See more

penantian ...senyum yg tersembunyi

Bermandikan cahaya rembulan ....ku nikmati cerah malam dengan sempurna..begitu sahdu...hadirnya bintang memberi nuansa keindahan hanya kedalaman hati yang mampu mengartikan.Ku rasakan malam ini begitu beda.Ku bisikan pada hembusan angin yg hampir tak terasakan hadirnya di peluk hawa panas yg menyengat ... saat ini ingin ada di pelukan ibuku...merajuk manja...semoga segera memberi nikmat sehat untukmu wahai Ibu....... :))

Ku bebaskan hayalku sejenak menyapa kesyahduan rembulan ...nyanyikan bait-bait kerinduan tuk orang'' yg layak ku rindu...kerinduan yg terdalam mengendap di dasar hati hingga terbuka pintu-pintu kebaikan.
Ingin ku menjadi penghuni rumah kesabaran...yg dalamnya tak ada kesah...yg dalamnya tak ada air mata...namun jalanan di penuhi kerikil-kerikil tajam....di kelilingi pagar-pagar berduri...hingga kadang membuatku tak bergeming.Ku rapatkan diri di pintu-MU Ya Mujib.

Samar ku temui engkau di balik tirai.......dalam kesendirianku mengejar damai yg mulai enggan menyapaku.
Setitik resah .....setitik kekwatiran....bergelut dengan seponggah harapan hanya takdir Allah yg memenangkan.....Dan aku di sini menyimpan senyum di balek sehalai kain...menunggu.


pesisir hongkong

ILMU.........


Posisi Bersetubuh Yang Paling Baik Menurut Ulama’ Tasawuf

Posisi jimak yang paling baik, isteri tidur terlentang dengan sempurna, di bawah perutnya di ganjal dengan bantal kecil, lalu sang isteri mengangkat kedua pahanya (tidak boleh yang m...engangkat suami) sedangkan posisi suami menegakkan kedua tangan dan jari-jari kaki sampai hampir keluar sperma. Ketika suami mencapai klimaks, maka letakkanlah kedua lututnya ke lantai dan merapatkan badannya pada sang isteri (memeluk). Bersamaan itu pula isteri merangkul dengan tangan dan kakinya serta merapatkan ke arah dadanya. Posisi itu tetap bertahan sampai keluarnya sperma dalam rahim dengan sempurna, dengan posisi rahim tegak dan sperma yang masuk tidak akan tumpah dengan sia-sia, yang menyebabkan tidak punya anak dan membahayakan kesehatan laki-laki. Dan ketika senggama dilakukan sesuai anjuran, maka seseorang di jamin aman dari penyakit-penyakit yang telah di tuturkan di atas.
Ket.Kitab Kifayat Al-Atqiya’ Hal, 98
 
 
‎>>Bahayanya Bersetubuh Dengan Posisi Berdiri

Ketahuilah, sesungguhnya jimak dengan posisi berdiri, sangat membahayakan pada kesehatan manusia, dan akan menyebabkan sakit jantung (hati selalu bingung), sakit lambung, dan pusing-pusing. Peny...akit-penyakit ini akan terjadi seketika, atau mungkin terjadi secara perlahan pada usia senja.
>>Bahayanya Bersetubuh Dengan Posisi Miring

Sesungguhnya jimak dengan posisi miring/ menyamping sangat membahayakan, dan bisa menyebabkan sakit pada hati (liver), limpa dan juga bisa menyebabkan silisil baul (beser kencing), apalagi jimak dengan posisi miring pada arah kanan akan lebih berbahaya di banding arah kiri, bisa menyebabkan sakit spylis (kencing bersamaan darah dan nanah)
Ket.Kitab Kifayat Al-Atqiya’ Hal, 98
Wallohu A`lam.
 
 
ssssssssssssssssssssstttt!!!!Seorang Istri Di Perbolehkan Nolak Dijima’ Dan Tetap Wajib Di Nafkahi, Jika Dzakarnya Suami Terlalu Besar

Nafaqohnya seorang istri akan gugur, dengan sebab ia menolak permintaan suami meskipun cuma sebentar, buk...an karena menolak yang di sebabkan udzur, seperti "barang"nya suami terlalu besar, dengan sekira sang istri tidak mampu menahan sakit saat melakukan intim, atau ada luka di alat kelaminya seorang istri, dan juga seperti udzur hidl (jika penolakanya karena udzur, maka tetap wajib di nafkahi). Besarnya alat kelamin yang menyenbabkan udzur ini dapat di tetapkan oleh pengakuan seorang suami tadi, atau dengan dua laki-laki yang sudah khitan--- atau dengan empat orang wanita.
Kitab I’anatu At-Tholobin.Juz, 4. hal, 78-79.

Wasiat Rasulullah...


Rasulullah SAW begitu romantis kepada istrinya. Beliaupun punya nasihat indah bagi setiap pengantin baru. Apa sajakah? Berikut nasihat beliau.

• MENCIUM KENING
Malam pertama begitu indah, tapi kata Rasulullah, harus diiringi doa serta memberi...kan sentuhan kemesraan perdana kepada istri. Rasulullah SAW bersabda: “Apabila salah seorang dari kamu menikahi wanita atau membeli seorang budak, maka peganglah ubun-ubunya lalu bacalah ‘basmalah’ serta doakanlah dengan doa berkah seraya mengucapkan: ‘Ya Allah, aku memohon kebaikannya dan kebaikan tabiatnya yang ia bawa. Dan aku berlindung dari kejelekannya dan kejelekan tabiat yang ia bawa.’” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, al-Hakim).

• SALAT SUNAH
Agar pernikahan kita diiringi rida dan rahmat Allah, Rasul pun mengajarkan agar sebelum berhubungan suami istri di malam pertama hendaknya salat sunah dua rakaat lebih dulu.

Anjuran ini bisa kita lihat dalam sebuah hadis dari Abu Sa’id maula (budak yang telah dimerdekakan) Abu Usaid. Ia berkata: “Aku menikah ketika aku masih seorang budak. Ketika itu aku mengundang beberapa orang Shahabat Nabi, diantaranya ‘Abdullah bin Mas’ud, Abu Dzarr dan Hudzaifah radhiyallaahu ‘anhum. Lalu tibalah waktu shalat, Abu Dzarr bergegas untuk mengimami salat. Tetapi mereka berkata: ‘Kamulah (Abu Sa’id) yang berhak!’ Ia (Abu Dzarr) berkata: ‘Apakah benar demikian?’ ‘Benar!’ jawab mereka. Aku pun maju mengimami mereka salat. Ketika itu aku masih seorang budak. Selanjutnya mereka mengajariku, ‘Jika isterimu nanti datang menemuimu, hendaklah kalian berdua shalat dua rakaat. Lalu mintalah kepada Allah kebaikan istrimu itu dan mintalah perlindungan kepada-Nya dari keburukannya. Selanjutnya terserah kamu berdua…’” (Adabuz Zifaf fis Sunnah al-Muthahharah).

• DOA PEMBUKA
Setelah salat sunah dua rakaat, dianjurkan pula untuk berdoa. Sebagaimana hadis: “Seorang datang kepada ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu, lalu ia berkata, ‘Aku menikah dengan seorang gadis, aku khawatir dia membenciku.’ ‘Abdullah bin Mas’ud berkata, ‘Sesungguhnya cinta berasal dari Allah, sedangkan kebencian berasal dari setan, untuk membenci apa-apa yang dihalalkan Allah. Jika isterimu datang kepadamu, maka perintahkanlah untuk melaksanakan salat dua rakaat di belakangmu. Lalu ucapkanlah (berdoalah): “Ya Allah, berikanlah keberkahan kepadaku dan isteriku, serta berkahilah mereka dengan sebab aku. Ya Allah, berikanlah rezeki kepadaku lantaran mereka, dan berikanlah rezeki kepada mereka lantaran aku. Ya Allah, satukanlah antara kami (berdua) dalam kebaikan dan pisahkanlah antara kami (berdua) dalam kebaikan.” (lihat di Kitab al-Mushannaf).

• MINUM SEGELAS AIR
Sebelum memulai hubungan kali pertama, Rasul berpesan agar jangan terburu-buru. Alangkah baiknya dimulai dengan kelembutan dan kemesraan. Misalnya, dengan memberinya segelas air minum atau yang lainnya. Sebagaimana hadis Asma’ binti Yazid binti as-Sakan r.a., ia berkata: “Saya merias ‘Aisyah untuk Rasulullah SAW. Setelah itu saya datangi dan saya panggil beliau supaya menghadiahkan sesuatu kepada ‘Aisyah. Beliau pun datang lalu duduk disamping ‘Aisyah. Ketika itu Rasulullah SAW disodori segelas susu. Setelah beliau minum, gelas itu beliau sodorkan kepada ‘Aisyah. Tetapi ‘Aisyah menundukkan kepalanya dan malu-malu.” ‘Asma binti Yazin berkata: “Aku menegur ‘Aisyah dan berkata kepadanya, ‘Ambillah gelas itu dari tangan Rasulullah SAW!’ Akhirnya ‘Aisyah pun meraih gelas itu dan meminum isinya sedikit.” (HR. Ahmad di kitab Adabuz Zifaf fis Sunnah al-Muthahharah)

• DOA SEBELUM BERHUBUNGAN
Subhanallah, Islam begitu indah mengatur hubungan suami istri. Setiap kali akan berhubungan suami istri, selalu diingatkan untuk senantiasa berdoa: “Bismillah, Allahumma jannibnaasy syaithaana wa jannibisy syaithaana maa razaqtana.”

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah, jauhkanlah aku dari setan dan jauhkanlah syaitan dari anak yang akan Engkau karuniakan kepada kami.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah SAW juga bersabda: “Maka, apabila Allah menetapkan lahirnya seorang anak dari hubungan antara keduanya, niscaya syaitan tidak akan membahayakannya selama-lamanya.” (HR. Bukhari, Muslim)
http://www.facebook.com/note.php?note_id=292569158099