Tawakal Anak Yatim


Seseorang masuk ke dalam masjid Rasulullah shallallahu alaihi wasallam (Nabawi) di luar waktu shalat jamaah. Ia mendapatkan seorang anak yang umurnya belum genap 10 tahun sedang khusyu’ berdiri untuk shalat. Laki-laki itu menunggu anak tersebut menyelesaikan shalatnya. Dia menghampiri anak tersebut, mengucapkan salam lalu bertanya, 
“Kamu anak siapa, Nak?” 
“Saya anak yatim, ayah ibuku telah tiada.”
“Wahai anak, maukah engkau kujadikan sebagai anakku?”
”Paman, apakah jika aku nanti lapar paman akan memberiku makan?”
”Ya, tentu,”
”Jika aku tak memiliki pakaian, apakah paman bersedia memberiku pakaian?”
”Ya.”
”Jika aku sakit, apakah paman bisa menyembuhkanku?”
”Itu bukan kuasaku wahai anakku.”
”Apakah jika aku mati, paman bisa menghidupkan aku kembali?”
”Mustahil aku mampu melakukannya wahai anakku.”
”Jika demikian, tinggalkanlah aku wahai paman, karena telah ada yang menjaminku,
(Yaitu Allah) yang telah menciptakan Aku, Maka Dialah yang menunjuki Aku,
yang Dia memberi Makan dan minum kepadaku.
Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.
Dan yang akan mematikan Aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali).
Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat.” (QS asy-Syu’araa 78 – 82)
Laki-laki itupun terdiam dan meninggalkan anak itu sementara anak itu bergumam, ”aku beriman kepada Allah, dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya.” (diterjemah bebas dari al-Atqiya’ al-Akhfiya’ hal. 98, Syeikh Sa’id Abdul Azhiem, oleh Abu Umar Abdillah dan pernah dimuat di Majalah arrisalah edisi 121)
COPAZ by Abu Umar Abdillah

0 comments: